Pengikut

Minggu, 05 Februari 2012

Tanpa Bayu

Setalah genap sebulan aku jadian dengan Bayu, aku semakin yakin kalau aku nggak salah pilih dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, Bayu adalah segalanya bagiku. Aku mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah kebahagiaan. Telah sekian lama aku merasa menanti Bayu menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tingal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan. “Hei Ela, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..” “Halo Bayu, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?” “Ela, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.” “Kamu ngomong apa sih Bayu? Kamu ngigau ya?” “Nggak, maksud aku ya kamu jangan macam-macam di sana, kan di kampus kamu banyak banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.” “Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di kampus ini, nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.” “Hei, kamu udah pintar ngegombal ya, siapa yang ajarin, ayo ngaku?” “Bayu, kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.” “Iya Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.” Satu hal inilah yang selalu ditakutkan Bayu, dia selalu bilang aku akan tergoda oleh cowok-cowok di kampus, sementara aku nggak begitu? Justru akulah yang paling takut Bayu yang akan berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. Bayu sekarang kerja di salah satu perusahaan asing terkemuka di kota ini, sebagai cowok kalau kita melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cowok yang diimpi-impikan semua cewek, karena Bayu punya segalanya, dengan modal wajah yang tampan, prilaku yang baik, kerja yang mapan, akupun takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik dariku, lebih sederajat dengan dia. Bayu menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku, Bayu bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan sekrang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah Bayu membayar buku tersebut, Bayu langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu. “Bayu, kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?” “Ela, aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu baca buku ini, kamu bakal lebih mengerti lagi apa itu cinta sejati, kamu akan merasakan betapa sangat berartinya orang yang mencintai kamu, pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca buku ini, dan setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama aku, he-he... he-he ...” “Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.” “Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak dulu.” “Bayu!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang ya kalau kita musuhan lagi.” Bayu aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di telpon, dan malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan lagi kalau aku bersama Bayu, saat ini mungkin Bayu sedang tersenyum karena dia merasakan cintaku besar untuknya. Sambil mengenderai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Bayu seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Dan akhirnya bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku melihat Bayu yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia seolah-olah tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Bayu tidur di jalan, perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, tapi orang-orang yang ramai lebih dulu menghampiri dia, aku semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya kegelapan. “Ela, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mama.” Aku pandangi wajah Mama. Dia seperti orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku, tiba-tiba aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku. “Ma, Bayu mana? Dia baik-baik aja kan?” “Ela, nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.” “Nggak Ma, Ela nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Ela mau lihat Bayu, dimana dia Ma?” “Ela, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.” “Ma, Ela nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Ela ngerasa sehat dan kuat Ma, sekarang pokoknya Ela mau ketemu Bayu, pasti saat ini dia butuhin Ela banget.” “Ela, saat ini Bayu nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Ela, dia udah tenang di sana, sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.” “Apa? Apa Ma, maksud Mama? Mama bohong!! Ela nggak percaya, nggak mungkin, nggak mungkin itu terjadi sama Bayu, dia udah janji Ma nggak akan pernah ninggalin Ela, dia sayang Ela, Ela sayang Bayu Ma .... nggak, nggak mungkin.... Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi aku nggak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan. “Tolong jangan suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku nggak rela, aku marah sama Bayu, kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal dulu dia udah janji nggak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa Bayu bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia nggak akan pernah kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku Bayu?” “Ela, ini udah takdirnya, waktu Bayu udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama Bayu sayang. Kamu harus yakin kalau sekarang Bayu udah bahagia di sana.” “Ma, kenapa justru Bayu, kenapa buka Ela aja yang ada di sana? Ela mau kok Ma, Menggantikan Bayu, karena Ela sayang sama Bayu Ma, atau biarkan Ela untuk bersama dia sekarang, Ela pengen menyusul dia Ma, Ela nggak mau hidup di dunia ini tanpa dia, percuma Ma, percuma kalau nggak ada Bayu di sini, hidup Ela nggak ada arti apa-apa.” Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku, dan sesaat kemudian aku tertidur, di alam mimpi Bayu datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih Bayu tersenyum padaku, dia berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat Bayu terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku, kembali aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku. Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak akan pernah kembali lagi. Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang dibelikan Bayu kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Bayu tersenyum di langit yang mendung di luar sana. Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh Bayu, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. Bayu, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, Bayu. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan pernah mengakhiri cintaku

Rabu, 01 Februari 2012

SINOPSIS NOVEL RADIT DAN JANI

Radit dan Jani adalah sepasang kekasih yang yang saling mencintai. Mereka nekatb menjalin hubungan walau tanpa restu orang tua Jani. “Bodoh” adalah nama panggilan sayang Radit dan Jani. Mereka menjalani hidup berdua tanpa bekal uang dan pekerjaan tetap. Radit dan Jani selalu di datangi oleh si pemilik kontrakan karena mereka belum membayar uang kontrakan. Mereka nekad mencuri, mengutil, dan merampok untuk membeli makan, rokok dan membayar uang kontrakan. Langkah mereka semakin berat karena Radit tergantung terhadap obat-obatan terlarang. Namun, kekuatan cinta merekalah yang membuat semua beban berat hidup tidak terasa. Pada suatu hari, Jani sedang berbadan dua atau hamil. Mereka pun akhirnya sadar akan kenyataan dan kehidupan, bahwa hidup mereka harus berubah. Radit berusaha keras untuk berhenti menggunakan narkoba dan Radit rela sakit karena sakau hanya demi keinginan Jani yang melarang Radit memakai barang haram itu. Radit juga berusaha keras mencari pekerjaan yang tetap untuk menghidupi Jani dan anak dalam kandungan Jani, tetapi Radit tidak berhasil mendapatkan pekerjaan yang tetap dan sering kali berpindah-pindah bekerja. Radit dan Jani semakin terhimpit karena tidak mempunyai uang dan mereka datang ke rumah orang tua Jani untuk memberi kabar soal kehamilan Jani sekaligus ingin meminjam uang kepada ayah Jani. Tapi usaha itu sia-sia karena ayah Jani tidak mau meminjamkan uang kepada Radit, bahkan Radit dan Jani dipaksa untuk berpisah, tapi mereka menolaknya dan pergi lagi untuk bersama selamanya. Suatu hari Jani jatuh sakid, Radit semakin bingung dan gelisah karena belum mendapatkan pekerjaan yang tetap. Sakit Jani semakin parah dengan pucatnya wajah Jani, Radit pun membawa Jani ke dokter dan mendapat resep untuk menebus obat, tetapi dia tidak bisa menebus obat karena uangnya kurang, akhirnya radit menunda penebusan obat tersebut. Akhirnya Radit mendapat pekerjaan lagi yaitu bekerja di sebuah discotic. Di saat Radit sedang bekerja, Jani menelfon dan menyuruhnya pulang karena Jani sedang sakit dan sendirian di kontrakan. Radit pun meminjam uang kepada bosnya, tapi bosnya menolak untuk meminjamkan uang kepada Radit. Akhirnya datang musuh dari Radit, dan memberi tantangan kepada Radit. Tantangannya adalah Radit disuruh meminum air kencing dia, jika Radit berani minum air kencing sampai habis, Radit akan mendapatkan uang untuk menebus obat Jani. Radit pun meminum air kencing itu dan mendapatkan uangnya. Ketika selesai menebus obat, Radit kembali ke kontrakan dan di tengah perjalanan Radit bertemu dengan orang yang pernah dia curi handphonennya. Akhirnya Radit di hajar oleh teman-teman orang itu, dan oabat untuk Jani pun hancur dan remuk. Radit kembali ke kontrakan dengan wajah babak belur. Dia akhirnya putus asa dan menyerah. Esok harinya Radit mengembalikan Jani kepada Orang tuanya walau sesungguhnya Radit tidak mau melakukan hal itu. Jani akhirnya menikah dengan orang pilihan ayahnya dan dia melahirkan anak dari Radit yang bernama Kirana. Suatu hari Radit datang menemui Jani yang sedang bermain bersama anaknya kirana dan suaminya. Radit menangis ketika memberikan kado untuk Kirana dan berbicara dengan Jani, walau begitu Radit tetap bahagia melihat Jani dan Kirana bahagia bersama keluarganya dan kehidupan mereka bisa terpenuhi.

Cepen

Aku adalah seorang gadis perempuan yang baru menginjak umur 16 tahun, nama ku Tsania, memang umurku bisa dibilang masih muda, aku adalah siswi SMA favorit di Bandung tepatnya di SMA 6, saat masih MOS aku belum begitu mengenal teman-taman baruku di sana. karna memang baru masuk. Keesokan hari nya, aku berkenalan dengan seorang laki-laki, kelihatan nya di baik, singkat waktu aku berkenalan dengan nya, dia bernama Indra. "hai, nama kamu siapa?" seorang laki-laki menghampiriku "hai, namaku Tsania, kalau boleh tau nama kamu siapa ya?" "perkenalkan nama saya Indra" "oh Indra, senang ketemu sama kamu" sambil tersenyum MOS pun telah selesai, aku belajar seperti anak SMA yang lain, saat dikelas aku melihat Indra, aku pun terkejut. "kamu Indra kan?" "hei kamu, iya aku Indra, wah! kita ternyata satu kelas" "iya, aku juga gak nyangka, kita bisa lebih deket dong? hehehe" "hahaha, kamu bisa aja" 3 minggu kemudian, diadakan lah ulangan harian. aku belajar seharian karena agar nilaiku bagus. keesokan harinya aku datang ke sekolah lebih awal, karena hari ini adalah jadwal piket ku. TENG!!TENG!!TENG!! bel pun berbunyi, aku segera menyelesaikan membersihkan kelas, aku pun duduk di bangku. dan segera menyiapkan alat tulis nya. dan ulangan pun mulai... 2 jam pelajaran berlalu, bel pun kembali berbunyi, dan ulangan ku hari ini selesai. waktu istirahat aku pergi ke kantin sendirian, dan duduk di kursi kantin,dan bertemu dengan Indra. "Indra?" "Tsania, kebetulan banget kita satu meja?" "iya ya, tapi kita kan temen nda, gapapa dong" "iya iya, aku kita makan, keburu masuk kelas lagi" Tsania dan Indra pun melanjutkan makan. singkat waktu, bel pun berbunyi, dan inilah waktu untuk pulang, cukup melelahkan sih, tapi namanya juga anak sekolahan. ternyata diluar hujan deras, dan aku tidak membawa payung Tsania berkata "gimana mau pulang kalau hujan gede banget?" sambil kebingungan tidak lama dari itu Indra datang dan membawa dua payung. "nih, payung buat kamu, supaya gak kehujanan" kata Indra "hah? kamu baik banget, bawa payung itu buat aku? tapi makasih ya" "gapapa kok aku ikhlas, iya sama-sama" Setelah sampai di rumah, Ibu sudah menunggu karena cemas. "Tsania, kamu ternyata bawa payung nak? Ibu kira tidak bawa" Ibu cemas "ini bukan payung aku kok Bu, ini punya temen Tsania namanya Indra" "syukurlah kamu punya teman sebaik dia" "iya bu dia memang baik" "ya sudah, kamu ganti baju sana" "iya bu" saat dikamar, aku terus memikirkan Indra, entah mengapa, aku seperti ada perasaan terhadap Indra. tapi sudahlah kan Indra itu teman baik ku. beberapa bulan kemudian, di sekolah. Indra membawaku ketempat yang tidak aku kenal. aku jadi ketakutan. "Indra, ngapain sih kamu bawa aku ketempat kaya gini? kamu mau apain aku?" "tsania tolong tenang dong! aku gak akan apa-apain kamu kok!" "jadi apa maksud kamu bawa aku kesini segala?" "gini Tsania, dari awal pertemuan kita, aku rasa kamu itu orang yang baik. dan itu terbukti. sekarang, aku mau ngungkapin semuanya ke kamu, maaf kalo kamu kaget! kamu tau kenapa aku perhatian banget sama kamu? kamu tau kenapa aku selalu ingin kamu bahagia?" Tsania memotong pembicaraan Indra. "udah lah jangan bertele-tele, to the point aja lah!" "oke, sebenernya aku ituu... cinta sama kamu" Tsania terkejut. "apa yang kamu bilang? kamu cinta sama aku" "iyaa, aku cinta sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku?" "aku gak bisa jawab pertanyaan kamu sekarang, aku minta waktu buat mikirin ini" "yaudah, aku kasih kamu waktu 2 hari" "oke, sekarang aku mau masuk kelas dulu" setelah dua hari Tsania memikirkan itu, Tsania pun sudah mempunyai keputusan. dan memanggil Indra. "indraaaaa" "iya Tsania, apa kamu udah punya keputusan?" "aku udah mikirin ini matang-matang dan keputusan aku, bahwa aku mau nerima kamu jadi pacar aku" "seriuus?" "iya serius, aku bener-bener serius" Indra pun memeluk Tsania dan resmilah Tsania dan Indra berpacaran...

Kisah Lirik Terakhir - Terinspirasi Dari Kisah Kematian Ega Penulis Lagu "Jauh"

Ini hanya fiktif , gua hanya melukiskan lirik dan dan lagu yang gua denger dan baca dari Ega dari volakis Carame yang meninggal karena bunuh diri atas kematian sang kekasih. semoga setidaknya membantu anda untuk mengiklhami kisah cinta mereka yang begitu memilukan.. Judul : Jauh Penyanyi : Ega Pencipta : Caramel - Ega Chord by : Black_Plankton ========================= G D Em Bm Pernah ada rasa cinta C G Am D Antara kita kini tinggal kenangan G D Ingin kulupakan Em Bm Semua tentang dirimu C G Am D G Namun tak lagi kan seperti dirimu oh bintangku Reff : G d Em Bm Jauh kau pergi meninggalkan diriku C G Am D Disini aku merindukan dirimu G D Em Bm Kini ku coba mencari penggantimu C G Am D G Namun tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih Secret Words : ku ingin memiliki nafasmu jikalau aku mati Bisakah Aku memiliki nafasmu jikalau aku mati LIRIK LAGU TERAKHIR. Oleh : AGNES DAVONAR Kisah ini terinspirasi oleh kisah ega yang menulis diakhir dari kisah hidupnya. Hujan masih terlihat menghujani rumah tempat Angel terdiam dikamarnya. Ia memandang jendela kamar tempatnya terdiam melamun berharap pelangi muncul setelah hujan lebar itu menghiasi rumahnya dari balik kaca. Kemudian dari arah jendelanya terlihat seorang pria turun dari motornya dengan keadaan basah kuyub, Angel melihat pria itu seperti berteduh di depan rumahnya dengan kedinginan. Ia masih memperhatikan pria itu dengan sebuah tas gital yang ia lindungin lebih berharga dari tubuhnya dan akhirnya hatinya ibah dan segera keluar dari rumahnya. Dengan sebuah payung ia mendekati pria itu. Kemudian membuka pintu gerbangnya. “Masuk yuk, daripada kehujanan..” tawar angel dan pria itu menatapnya dengan tersenyum “Yakin gapapa.. !” ujar pria itu sopan “Serius.. dirumah ini gua tinggal sendiri. Ayo!!” Pria itu pun memarkirkan motornya di halaman rumah Angel yang sederhana. Kemudian angel mengajaknya duduk diruangan teras rumahnya. Mengambilkan sebuah handuk kering untuk mengeringkan sisa sisa hujan. Namun pria itu lebih memilih membersihkan gitalnya kebanding dirinya. Angel hanya tersenyum kecil memperhatikan tingkah pria berkulit putih dan bermata sipit tersebut. “Kok gitalnya dulu yang di keringin. Bukannya kamu sih?” “Iya gapapa. Ini nyawa pertama aku. Jadi penting juga!” “Wow.. emang gital itu buat apa” “Gua Anton. Gua seorang gitaris band amatiran namanya Superband.” “Wah.. gitu ya. Pantesan. Denger denger. Seorang pemusik selalu menganggap alat musik sebagai nyawanya. Aku pikir tadinya Cuma rumor, dan ternyata benar ya!” “Hehehe. Gitulah.. emang kamu bisa main alat musik juga?” “hm..” Angel terdiam menatap gital klasik yang dimiliki pria tersebut. “Sedikit bisa main piano, dulu sempat les tapi sekarang uda bodoh kali ya. tapi gital ga bisa deh.. pengen belajar sih, tapi ga ada waktu , sibuk kuliah hahaha!” “Oh gitu ya.. emangnya kamu kuliah dimana?” “STIKOM.. deket sini. Bukan asli dari kota ini. Rumahnya ini kontrak. Makanya jangan heran kalau aku sendirian !” “Hahaha.. gitu ya..!” Angel kemudian menawarkan secangkir kopi hangat kepada pria itu. Anton begitu tersanjung dengan kabaikan gadis yang baru ia kenal tersebut. Kemudian mereka terlibat pembicaraan yang sulit dipercaya. Dekat dalam pandangan dan perkenalan pertama. Hujan mulai redah. Anton harus segera kembali ke kafe tempat ia bekerja dan ia pun meminta pamit kepada Angel. Angel senang berkenalan dengan pria tersebut. “Thks, uda kasih tempat buat aku beteduh, jasa kamu pasti aku balas kelak hehe!” “Idih. Pemusik emang romantis kata katanya. Hm.. gimana kalau kamu ajarin aku main gital aja..!” “Benar.. wah dengan senang hati aku mau ajarin gadis secantik kamu. Tunggu ya kapan aku sempat pasti aku datang ke tempat kamu.” “Janji ya..!” “Janji pasti..!!” Dan perkenalan itu menjadi awal kedekatan mereka. Setelah itu Anton benar benar menepati janjinya untuk mengajarkan Angel bermain gital dari nol hingga mulai menarik petikan nada dari gital klasik yang dipinjamkan oleh Anton. Angel mulai menyukai musik sejak saat itu. Ia selalu menantikan guru les gital barunya tersebut disetiap kesempatan waktu yang ada. Anton juga pria yang sangat baik dan memberikan kesan yang sempurna dalam waktunya tersebut. Anton juga melihat sebuah potensi besar dalam lengkingan suara yang dimiliki Angel, kebetulan di dalam bandnya salah satu personel singer memutuskan mundur untuk mencari peluang kerja yang lebih baik daripada menjadi seorang anggota band. Angel sempat ragu untuk menjadi singer dalam kelompok band tersebut. Namun akhirnya dorongan dan semangat yang diberikan oleh Anton membuat ia berani untuk menyatakan dirinya bersedia. Ternyata, pilihan Anton kepada Angel tidaklah salah. Band mereka mulai banyak menarik minat kafe kafe untuk memberikan porsi konser kepada mereka. Angel mulai giat menjadi singer dan sempat membuat kuliahnya terbelangkalai. Ada hal lain yang ia sembunyikan dalam kebersamaan bandnya. Ia mulai menyadari dirinya jatuh cinta pada Anton. Namun Anton selalu menegaskan kepada seluruh tim untuk menggapai cita cita mereka terlebih dahulu menjadi band sukses ketimpang mengurusi urusan pribadi mereka termasuk cinta. Kebesaran nama band mereka belum cukup untuk membuat band tersebut masuk dalam dapur rekaman, beberapa kali ditolak oleh pengusaha rekaman. Membuat Anton putus asa. Disaat itulah Angel yang selalu hadir memberikan dorongan, cinta antara mereka tak lagi dapat disembuyikan. Sejak saat itu mereka menjadi sepasang kekasih yang selalu bersama. Dan waktu pun berjalan, seiring mimpi mereka menjadi band sukses juga diikuti oleh kisah cinta mereka yang begitu indah. Mereka kemudian mengubah nama group tersebut menjadi CARAME. Dengan tambahan dua orang nama yang awalnya hanya bertiga. Kini mereka berjumlah lima orang termasuk Angel, Anton. Nando, Agnes dan Hendra. Dua orang anggota baru itu adalah dua bersaudara Agnes dan Hendra yang mempunyai kemampuan piano ( Agnes) dan Biola (Hendra).lengkaplah personal mereka untuk menggapai secara ulang cita cita mereka. Mereka berkomitmen untuk menjadi bintang besar,. Dan kesempatan itu terbuka ketika sebuah audisi Band dilakukan dikota mereka. Nando dan Anton adalah sahabat dekat yang selalu bersama sejak kecil. Namun Nando memiliki sebuah kebiasaan yang buruk sehingga memiliki beberapa musuh yang selalu datang untuk mengajaknya berkelahi. Sifatnya yang temperamental selalu membuat masalah dan itu terjadi ketika ia secara tak sengaja berdebat dengan salah satuh anggota band lain yang terlihat iri dengan kesuksesan band Carame. Perdebatan itu menjadi masalah besar pribadi yang tersimpan. Angel mulai mahir menciptakan lagu dengan gital. Ia juga mulai sering bolos kuliah untuk kepentingan bandnya. Namun ia rela melakukan semau itu demi cita cita dan mimpinya bersama sang kekasih, Anton. Hubungan mereka begitu dekat dan sulit untuk dipisahkan selamanya. Teringat ketika disuatu hari paling indah dalam kenangan hidup mereka. Disaat bersama dalam keadaan romantis. “Ton, kira kira kalau kita sukses kelak. Kamu punya cita cita apa lagi!” Tanya Angel “Hehehe. Kamu yakin mau tau..!” “Iya , apa sih?” “Aku mau menikah sama kamu, mau jadi suami dari gadis yang aku paling cintai sedunia. Dan itu adalah kamu,, !!”tegas Anton “Terima kasih ya. Aku juga berharap begitu. Tidak ada pria lain di hidup aku selain kamu. Hanya kamu yang telah membuat hidup aku begitu indah. Kalau pun suatu saat ada yang lain dalam hidup aku. Itu bukan orang lain. Tapi gital ini…” ungkap Angel memperlihatkan gital yang diberikan Anton padanya ketika memulai belajar bermusik “Hahaha. Kamu ada ada aja. Masa aku disamakan kayak gital.. “ “Kan belajar dari kamu. Ingat kan ketika pertama kali kenalan , kamu bilang gital ini nyawa kedua kamu..” Mereka pun tertawa dan saling berpelukan. “Terima kasih ya. Ngel. Mungkin kita adalah takdir paling indah yang diciptakan Tuhan, semoga apa yang kita impikan tidak pernah terpisah walau maut memisakah kita” “Jika maut memisahkan kita dengan darah, aku pun akan ikut dengan darah. Jika Tuhan memisahkan kita dengan raga. Akupun akan ikut dengan ragamu!” Anton terdiam mendengarkan kata kata dari wanita itu. Begitu indah namun juga begitu sedih bila untuk diungkapkan. “Jangan ngomong gitulah.. kesannya aku mau pergi aja hehehe!” *** Band mereka pun tiba pada waktunya untuk melakukan konser audisi. Mereka telah lolos ke babak final dan bersaing dengan salah satu kandidat yang sempat membuat keributan dengan nando. Mereka telah bersiap di hari final. Angel sedang menghadapi ujian ketika itu. Ia memutuskan untuk pergi dan berangkat sendiri dengan taksi menuju tempat audisi. Sedangkan Anton dan Nando pergi bersama begitu pula dengan dua kakak beradik Agnes dan Hendra. Perjalanan berjalan baik untuk Angel menuju lokasi audisi. Ketika tiba ia telah ditunggu oleh Agnes dan Hendra. Namun mereka tidak melihat hadirnya Anton dan Nando. Sedangkan band mereka sebentar lagi akan melakukan audisi. Mereka menjadi limpung dan bingung. Nomor telepon kedua anggota band tersebut masih sulit dihubungin. Hingga panggilan konser untuk band mereka hanya memiliki sisa waktu 5 menit. Mereka mulai cemas. Tiba tiba sebuah telepon tersambung ke Hendphone milik Angel. “Angel ya.. ini aku Nando” kata Nando “Kalian kemana sih, bukannya cepat datang. Bentar lagi kita uda masuk audisi!” “Angel maaf, gua minta maaf sekali ini aja!!” “Maaf kenapa?” Tanya Angel kesal “aku dan Anton ga bisa datang ke audisi kali ini. Ada urusan mendadak. Ini benar benar penting buat hidup kita. “ “Hah. Tapi band ini tanpa kalian berdua mana jalan?” keluh Angel “Angel. Kamu tau kan mimpi kita selama ini. Menjadi band besar. Dan inilah kesempatan kita. Jangan gagalkan semuanya hanya karena kita tidak datang. Aku mohon. Sekali ini jangan Tanya kenapa. Teruskan mimpi kita. Aku mohon Angel!” suara isak tangis terdengar dari Nando Angel terdiam dan mulai curiga dengan tangis tersebut. “Anton mana..?” “Anton.. dia.. dia lagi ke toilet. Dia sakit perut. Jadi kamu cepatan audisi dulu. Setelah audisi aku akan telepon kamu lagi.. selamat berjuang ya Angel” Nando menutup telepon itu dan Angel hanya bisa memanggil namun perbincangan itu berakhir. Angel menatap Agnes dan Hendra. Kemudian ia tak ingin mimpi serta cita cita band mereka berakhir begitu saja. Sekarang ia harus berusaha sendiri berjuang untuk band mereka. Dengan semangat tinggi ia pun masuk keruang audisi. Ia melantunkan sebuah lagu yang menjadi andalan band mereka. Juri sempat bertanya anggota lain yang kurang. Dengan spontan Angel menjawab berhalangan. Namun menyakinkan Juri dengan tiga orang saja mereka dapat melanjutkan audisi tersebut. Audisi berakhir. Angel membawa kekurangan itu dengan keberhasilan . band mereka menjadi juara. Mereka terlihat gembira memamerkan piala kebesaran mereka. Saling berpelukan. Mimpi indah telah menanti mereka menjadi band sukses. Diantara kegembiraan tersebut. Nando kembali menelepon Angel. Angel dengan gembira menyambut telepon tersebut. “Nando. Kita juara. Kita juara. Kita bisa jadi band dapur rekaman!!” teriak Angel “Selamat ya. Ngel. Gua mau jujur sama lo.. Anton kritis. Dia dirawat dirumah sakit Alyo.kalau bisa lo secepatnya kesini!!” “Apa. Lo ga bercanda kan. Tadi lo bilang dia sakit perut..?” “Ceritanya panjang. Tapi gua harap lo segera kesini..!!” “OK. Hati Angel mulai cemas dan gelisah. Ia segera menuju rumah sakit yang dikatakan oleh Nando. Ketika tiba ia melihat nando mengalami luka memar dengan balutan luka di kepalanya yang bocor karena benda tajam. Ia mulai ketakutan . kemudian di unit gawat darurat terlihat Anton yang sedang tertidur pulas dengan alat Bantu pernafasan dengan beberapa dokter dan suster. Angel tak bertanya banyak kepada Nando ia segera menerobos masuk keruang tersebut. Mendekati Anton sambil berteriak histeris. Suster dan dokter kemudian bertidak tegas memisakan gadis itu. Terlambat untuk Angel , ia hanya sempat memeluk pria yang ia cintai terakhir kali sesaat nafasnya benar benar berakhir. Tangannya bergetar, dokter mulai melihat pasien kesulitan bernafas ketika Angel datang. Anton sepertinya merasakan kedatangan Angel walau masih tertidur. Angel ditarik keluar dari ruangan. Kemudian Agnes memeluknya dan berusaha memberikan kekuatan untuk sabar. “Anton kenapa..Anton kenapa.? Kenapa bisa kayak gini?” teriak Angel pada Nando “Maafin aku Ngel. Ini salah aku. Kalau saja aku ga bikin keributan di perjalan tadi kita ga mungkin kayak gini. Anton tertusuk pisau ketika sedang menolong aku dari perkelahian dengan preman preman di jalan” Angel terdiam dan berusaha tidak percaya. Ia mulai seperti panic dan tertawa sendiri. Sambil beberapa kali berkata semua hanya sandiwara. Dokter keluar dari pintu UGD dengan wajah penyesalan. Sambil berkata “Maafkan kami. Pasien mengalami luka yang cukup vital karena tertusuk dibagian leher sehingga menganggu pernafasan. Pasien telah meninggal” Angel seketika beteriak histeris dan menerobos pintu kemudian mendekati Anton yang telah mendingin. “Ton. Kalau kamu ga bisa bernafas sendiri biarkan aku memberikan nafas untuk kamu. Jangan pergi tinggalkan aku , Ton. Jangan ton.. “ Akhirnya kisah cinta itu berakhir sebagai kenangan. *** Angel tak pernah bisa melupakan kisah cintanya pada Anton . ia mencoba bertahan untuk hidup tanpa sang kekasih. Namun bayang bayang dan kenangan sang kekasih selalu hadir dalam hidupnya. Di balik kesedihan yang mendalam. Ia melihat gital yang diberikan Anton sebagai bagian dari hidup Anton yang tersisa. Kemudian mulai memetik satu persatu nada yang akhirnya menciptakan sebuah lagu indah. Ia mulai mengingat janji terakhir pada sang kekasih yang tak pernah ia lupakan. Agnes dan Hendra begitu gembira , begitu pula Nando ketika , Angel menghubungi mereka untuk siap kembali bernyanyi. Mereka tidak menyia yiakan kebangkitan Angel dari kesedihan, dan mengambil sebuah konser di sebuah kampus. Angel terlihat lebih kurus daripada biasanya. Namun tidak kehilangan naluri untuk bernyanyi dan bermusiknya. Disatu kesempatan besar. , konser mereka diliput oleh berbagai media dan televise. Angel berdiri menghadap penonton dengan penuh ketegaran. Ia mulai teringat satu sisi panggung melihat bayangan Anton yang selalu memberikan senyuman disaat ia bernyanyi. Di panggung besar tersebut . Angel mulai membuka kata kata terakhirnya. “lagu ini aku buat ketika dibatas antara aku berusaha untuk bangkit dan mundur. Namun aku percaya. Lagu ini kelak dapat mewakili mimpi band kami untuk menjadi besar. Mimpi untuk menjadi bintang besar. Kupersembahan lagu ini untuk orang tercinta yang telah pergi untuk selamanya..” ujar Angel dengan rauk penuh kesedihan namun tak menangis. Perlahan penonton konser mulai terdiam mendengarkan deringan petikan gital dan suara Angel yang begitu indah dengan ciptaan lagunya. Ada yang terhanyut hingga menangis. Dan lagu itu pun ditutup dengan sebuah tepuk tangan meriah yang luar biasa. Seorang penguasaha rekamana jatuh cinta pada lagu tersebut. Dan meminta nomor telepon yang dapat menghubungi band Carame. Angel meminta waktu untuk beristirahat pulang kerumahnya karena kelelahan. Agnes dan kawan kawan membiarkan Angel pergi dari mereka. Namun mereka tak pernah menyadari itu adalah kata kata terakhir Angel. Ketika mereka tiba dirumah Angel untuk membawa kabar gembira kontrak kerja rekaman yang luar biasa. Mereka telah ,menemukan angel dengan tetasan darah ditangan yang kemudian mengakhiri hidupnya dengan selembar lirik yang ia tetap pegang untuk persembahan terakhir hidupnya pada dunia yang akhirnya ia tinggalkan. Lagu tersebut kemudian menjadi sukses.. dan menyisakan pilu yang sangat mendalam Tamat MOHON MAAF BILA TERJADI KETIDAKSENGAJAAN YANG MENYINGGUNG REKAN ATAU SIAPAPUN YANG MENGENAL SANG PENULIS LAGU. SEKALI LAGI INI HANYA FIKSI .TERIMA KASIH SELAMAT MEMBACA KISAH KISAH LAIN DI

Tanpa Kekasih

Setalah genap sebulan aku jadian dengan Bayu, aku semakin yakin kalau aku nggak salah pilih dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, Bayu adalah segalanya bagiku. Aku mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah kebahagiaan. Telah sekian lama aku merasa menanti Bayu menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tingal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan. “Hei Ela, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..” “Halo Bayu, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?” “Ela, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.” “Kamu ngomong apa sih Bayu? Kamu ngigau ya?” “Nggak, maksud aku yah kamu jangan macam-macam di sana, kan di kampus kamu banyak banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.” “Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di kampus ini, nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.” “Hei, kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?” “Bayu, kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.” “Iya Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.” Satu hal inilah yang selalu ditakutkan Bayu, dia selalu bilang aku akan tergoda oleh cowok-cowok di kampus, sementara aku nggak begitu? Justru akulah yang paling takut Bayu yang akan berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. Bayu sekarang kerja di salah satu perusahaan asing terkemuka di kota ini, sebagai cowok kalau kita melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cowok yang diimpi-impikan semua cewek, karena Bayu punya segalanya, dengan modal wajah yang tampan, prilaku yang baik, kerja yang mapan, akupun takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik dariku, lebih sederajat dengan dia. Bayu menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku, Bayu bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan sekrang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah Bayu membayar buku tersebut, Bayu langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu. “Bayu, kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?” “Ela, aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu baca buku ini, kamu bakal lebih mengerti lagi apa itu cinta sejati, kamu akan merasakan betapa sangat berartinya orang yang mencintai kamu, pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca buku ini, dan setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama aku, he-he... he-he ...” “Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.” “Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak dulu.” “Bayu!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang yah kalau kita musuhan lagi.” Bayu aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di telpon, dan malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan lagi kalau aku bersama Bayu, saat ini mungkin Bayu sedang tersenyum karena dia merasakan cintaku besar untuknya. Sambil mengenderai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Bayu seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Dan akhirnya bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku melihat Bayu yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia seolah-olah tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Bayu tidur di jalan, perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, tapi orang-orang yang ramai lebih dulu menghampiri dia, aku semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya kegelapan. “Ela, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mama.” Aku pandangi wajah Mama. Dia seperti orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku, tiba-tiba aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku. “Ma, Bayu mana? Dia baik-baik aja kan?” “Ela, nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.” “Nggak Ma, Ela nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Ela mau lihat Bayu, dimana dia Ma?” “Ela, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.” “Ma, Ela nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Ela ngerasa sehat dan kuat Ma, sekarang pokoknya Ela mau ketemu Bayu, pasti saat ini dia butuhin Ela banget.” “Ela, saat ini Bayu nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Ela, dia udah tenang di sana, sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.” “Apa? Apa Ma, maksud Mama? Mama bohong!! Ela nggak percaya, nggak mungkin, nggak mungkin itu terjadi sama Bayu, dia udah janji Ma nggak akan pernah ninggalin Ela, dia sayang Ela, Ela sayang Bayu Ma .... nggak, nggak mungkin.... Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi aku nggak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan. “Tolong jangan suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku nggak rela, aku marah sama Bayu, kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal dulu dia udah janji nggak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa Bayu bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia nggak akan pernah kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku Bayu?” “Ela, ini udah takdirnya, waktu Bayu udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama Bayu sayang. Kamu harus yakin kalau sekarang Bayu udah bahagia di sana.” “Ma, kenapa justru Bayu, kenapa buka Ela aja yang ada di sana? Ela mau kok Ma, Menggantikan Bayu, karena Ela sayang sama Bayu Ma, atau biarkan Ela untuk bersama dia sekarang, Ela pengen menyusul dia Ma, Ela nggak mau hidup di dunia ini tanpa dia, percuma Ma, percuma kalau nggak ada Bayu di sini, hidup Ela nggak ada arti apa-apa.” Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku, dan sesaat kemudian aku tertidur, di alam mimpi Bayu datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih Bayu tersenyum padaku, dia berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat Bayu terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku, kembali aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku. Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak akan pernah kembali lagi. Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang dibelikan Bayu kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Bayu tersenyum di langit yang mendung di luar sana. Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh Bayu, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. Bayu, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, Bayu. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan pernah mengakhiri cintaku.*** -------------------- Cerpen Sedih diatas Karya: Eka Fransiska. Bagaimana pendapatmu tentang cerpen cinta diatas, berikan isi pikiranmu melalui kotak komentar dibawah ini.

Sacrificial Of Love

cerita ini berawal dri curhatan temen,,, yang udah dua tahun gak ktemu sama belahan jiwanya, walau udah brusaha, tapi klo Tuhan belum berkehendak,,, apalah daya... kita sebut saja Mita & Judika. Judika bekerja sbagai polisi,,, sedangkan Mita kerja di Jakarta. maklum lah polisi kerjanya di pindah-pindah,,, jadinya susah buat ketemu sang pujaan hati. *** hari ini (hari ke 3 stelah lebaran th 2010) rencana nya aku (Mita) mau nganter temen ku (Dara) ke rumah pacarnya di Banjarnegara (BJN),,, aku berangkat ke BJN skitar pukul 10 pgi,, aku berangkat memakai sepeda motor,, nyampe di BJN sekitar pukul 01 siank,,,, dari rumah sampe BJN aku sendri yg mngendarai motor,, maklumlah,, temen ku gg punya sim & gak bisa mengendarai motor. perjalanan yang lumayan jauh di tempuh bagi seorang wanita. *Purwokerto-Banjarnegara. *sesampainya di BJN Miit,,, maafin aku yaa,,, sbenernya aku belum bilang sama Ijal (pacar Dara) klo aku mau ksini... trus sekarang gimana Dar?? kamu tau alamatnya Ijal gak?? #nada bicara ku mulai tinggi. “Nggak Mit.” Jawab Dara singkat & seolah tanpa dosa. “terus Aku telponin no nya gak aktif.” sambung Dara lgi. #aku mulai kesal sama Dara,, tiba-tiba Judika (Cowok ku) telp,,, Judika : Dinda lagi apa? aku : sayang,,, tolongin aku nih,, temen ku gila, masa dia mau ke rumah Ijal di BJN, tapi gak ngomong dulu, udah gitu Dara gak tau alamatnya lagi,,, Judika : berarti sekarang kamu lagi ada di BJN donk? aku : iya,, lagi di alun-alun. Judika : kamu nih,, cewek jangan kelayaban gak jelas gitu, bikin ku kuatir aja. tuuutt ttuuuutt tuuuuuuuttt telpnya terputus. *katanya sih gara-gara pulsa judika abis. tiba-tiba... gyuuuuurrr hujan turun deres bgt, di alun-alun aku sama Dara kaya orang hilang, gak tau jalan & gak kenal siapa-siapa di situ. dingiiinn,,,, lapeerr,,,, gak bawa jas ujan lagi. pkoknya komlpit deh penderitaan ku saat itu. di tambah lagi hp ku udah low. tiba-tiba Judika telp aku lagi. Judika : Dinda gimana?? aku : gimana apanya? aku bingung nii,, dsini ujan deres bgt, ku gak bisa pulang, ku harus gmana donk?? *aku sambil nangis Judika : ya udah,, kamu tenang yaa,,, biar aku sms papah ku (Dhani) untuk jemput kamu. sontak aku kaget bgt, aku : kmu ini gila kali yaa,,, msa aku di jemput papah kamu, aku kan malu,,, pasti nti di kiranya anak gak bener dah. Judika : terus gimana??? aku : ya udah tunggu kabar dri aku aja yaa. ku mau coba cari jalan kluarnya. Judika : ya udah,, secepatnya kabarin aku yaa... *telpon mati. abis gitu, aku sama Dara membeli makanan, #laper soalnya. seusai makan, kita coba telp Ijal. kali ini nyambung,,, #seneng bgt rasanya. hehe akhirnya kita di kasih tau alamat rumah Ijal. #kurang ajar yaa,,, bukan nya di jemput, malah ngasih alamat nya doank,,, dari alun-alun sekitar jam 3, kita udah ngaler, ngidul, ngulon, ngetan (bahasa mana dah tuh) cari alamat Ijal, nyampe di pom bensin karang kobar (salah satu kec di BJN), aku isi bensin sekalian istirahat dulu, cape soal nya dri pagi bawa motor. badan udah menggigil, gemeteran, klo ngomong sambil gigit jari. soalnya dari alun-alun ke karang kobar ujan-ujanan, tapi untung nya ujan dah gg begitu deres. di pom bensin, aku langsung telp Judika. aku : sayang,,, aku lagi di pom bensin Karang kobar nii. Judika : loh, kok malah tambah jauh, mau kemana?? aku : maaf yaa, dripada aku pulang gak tau jalan, ku mau nginep di rumah temen nya Dara Judika : ya ampuun dinda,,, kamu ini yaa,,, mau jadi jagoan apa?? klakuan cewek udah kaya cowok klayapan gk jelas, klo kmu knapa-napa gmana??? aku : udaahh,,, gak usah marah-marah gitu ihk, bikin aku tambah berat hati aja ngejalanin hidup ini. Judika : ya udah, sekarang klo kmu mau nginep, ngapain kmu di pom bensin?? aku : istirahat, cape bwa motor terus dri pagi. Judika : terus semua yg ada di kamu basah?? aku : iya lah,,, Judika : sekarang,, dri pom bensin kmu lurus terus, nanti dsitu ada pasar, biasanya buka sampe mlem, kmu cepetan kesana beli baju. aku : aku udah gak kuat nyetir motor lagi. Judika : terus skarang gimana?? aku : aku mau pasrah ajalah, ya udah,,, udah duu yaa,,, nanti aku kabarin lgi. aku gak kasih Judika ksempatan buat ngomong, soal nya ku tau, klo di kasih ksempatan ngomong, dia pasti nyerocos terus kaya emak-emak,,, maklum lah,, dia kan sayang bgt sama aku, jadi wajar aja klo dia kuatir sama aku. sementara aku telpon Judika, Dara juga telpon Ijal. & Dara bilang, kita mau di jemput sama Ijal & teman nya ke pom bensin itu. selama di pom bensin aku sama Dara udah jadi pusat perhatian semua orang yang lewat, *mungkin baru liat x orang cakep basah-basahan.... haha selama aku nunggu Ijal, aku telpon lagi Judika. aku : sayang.. Judika : gimana udah di jemput belum?? aku : belum sayang,, dia baru jalan dri rumah katanya... blablabla,,,, masih dalam keadaan telp, yang jemput kita dateng, yaitu Ijal sama Rio. kunci motor langsung aku kasih sama Rio, aku udah gak kuat bawa motor lgi. Judika : Dinda, plat nomer yang jemput kamu brapa? aku : tana pikir panjang langsung ku baca plat nomer Ijal & ku bertanya “buat apa sayang? Judika : biar aku liat itu motor siapa. aku : emang liatnya dimana? Judika : aduuuhhh kmu tuh telmi juga yaa,,,, liat di komputer donk dinda sayang... aku kan punya data semua orang di BJN yang punya motor. Judika kan polisi,,, jadi punya semua data-datanya,,, aku : oohh.... ya udah klo gitu,, aku jalan dulu yaa,,, Judika : bentar dinda, aku mau ngomong sama Rio. aku : ya udah niiihh,,,, #aku kasih telp nya sama Rio. aku gak teu jelas mereka ngmong apa, yang jelas,,, obrolan mereka terputus krna batre hp ku abis. akhirnya aku sampe rumah di rumah Ijal. *esok paginya. jam 6 aku sama Dara udah siap-siap mau pulang,, tpi tiba-tiba Judika telp. dia bilang aku harus ktemu sama temen nya (Aank & Wahyu) katanya da kjutan buat aku, aku di suruh nunggu di perempatan karang kobar. ya udaah,, aku nuruut aja,, aku sama Dara di anterin Ijal nympe perempatan tadi. aku nungguin smpe stegah jam, blum dteng juga. Judika bilang sih,, katnya Aank sama Wahyu baru berangkat. huuuufffttt BT BGT dah,,, akhirnya jam 8 Aank & wahyu dateng. setelah ketemu mereka, bukan langsung to the point, mreka mlah ngelama-lamin, & diam-diam mereka foto-fotoin aku, ktanya sih di suruh Judika. soalnya Judika pngen liat keadaan aku 2 hari gak mandi. hahaha jam 09:30 aku mau pulang,, Wahyu ngasih aku sebuah tas titipan dari Judika. aku gak boleh buka dulu sebelum nympe rumah. akhirnya aku pulang juga.... nyampe rumah jam 03 sore. *sampe Rumah. Aku langsung buka tas yang di kasih Judika, isinya boneka babi. ukuranya kecil bgt, sama gendongan bayi & topi ksayangan Judika. emang sih gak seberapa, tapi itu berharga buat aku. ku langsung telp Judika, ku tanyain apa arti dri semua barang-barang yang dia kasih buat aku. Judika bilang,,, katanya gendongan bayi itu keturunn dri mbah buyut nya dia, nanti nya dia mau aku yang pke buat gendong bayi anak kita,, hehe lucu yaa Judika tuh. klo boneka babi, itu boneka yang mau dia kasih ke Ria (mantan nya) pas Ria baru pulang dri Jakarta, tapi sebelum boneka itu di kasih’in,, ria kecelakaan & meninggal. kata Wahyu sih, Ria itu mirip bgt sama aku, dri suara sama tingkah nya juga. *seminggu setelah lebaran. malam itu Judika telp aku, sontak aku kaget bgt, karna yang ngmong bukan dia, tapi Aank. Aank bilang, Judika lagi dalam keadaan mabok. waktu itu jam 19:00, trus ku bilang sama Aank, kenapa Judika bisa kaya gitu, tapi Aank sndiri gak tau. perasaan ku waktu itu kacau, amburadul pkoknya. jam 00:00 aku coba telp Judika, ternyata dia udah sadar dri mabok nya & siap ku introgasi. aku langsung to the point, tanya kenapa dia bisa mabok. Judika “Mita,,, maafin aku yaa,,, tadi aku mabok gara-gara kamu..” spontan Mita kaget bgt dnger jawabannya. “lah,,, kok gara-gara aku sih...” gumam Mita. “sekarang aku udah di BJN, tadi pagi niat nya aku mau ke rumah kamu, tapiii.... di jalan pas aku isi bensin, aku ketemu Alexa (mantan aku), gak tau knapa pas Alexa minta aku nganter dia pulang ke Kebumen,, aku nya mauu aja”. teruuusss “tanya Mita” “yaa... terus aku nganterin dia pulang...” lah, terus kenapa bisa mabok? #Mita memotong pembicaraan Judika. #Judika kembali melanjutnya pembicaraan nya. “di perjalanan udah sampe jam 3 sore,pas ada di daerah Kebumen kota, ban motor aku meletus. untung nya deket bengkel. setelah nunggu ± 1 ½ jam, akhirnya ganti ban baru. setelah ban motor selesai di ganti, aku lanjut jalan nganterin Lexa. ternyataaa.... aku di bohongin.... Alexa Cuma ke rumah saudaranya yang di Kebumen, dasarr cewek si*****lan...... *Mita Cuma ketawa mendengar penjelasan ku. setelah aku ngnter Alexa, aku masih berniat ke rumah kamu Mit. tapii Tuhan berkata lain, karna motor ku di serempet mobil,,, aku nya sih gak kenapa-napa, tapi motor ku harus di bengkel. akhirnya aku suruh Wahyu jemput aku.waktu itu aku marah-marah. terus kata Wahyu, dripada pusing mending mabok... & bodohnya lagi,,, aku nurut sama Wahyu. *** *Telpon mati. ke esokan nya aku coba telp Judika, ku dengar suara nya serak, & ternyata dia sakit panas,,, otomatis aku kuatir bgt sama dia. rencananya hari itu aku mau ke BJN, tapi stelah di fikir-fikir, rumah Judika jauh bgt, daerah nya juga rawan kecelakaan, jalan nya lika/liku, ku jadi ragu-ragu... #Mita ngomong sendiri. “Masa anak Ibu cemen sih,,,” ternyata ibuku mendengar apa yang ku omongin tadi. waahh Ibu nantangin aku nii... #tanpa fikir panjang lagi,, Mita langsung siap-siap unt ke BJN. tadinya Mita mau memberikan surprise, dia gak memberitahu Judika dulu klo Mita mau ke BJN. setelah di perjalanan, Mta coba telp Judika, tpi nomor nya gak aktif. “aduuuhh gimana niih,,, no Judika gak bisa di hubungi,,, udah sendirian,, bawa uang pas-pasan,, mendung lagi. haduuuhhh bodoh bgt sih lu Mit.” Mita menyalahkan dirinya sendiri. udah 2 jam aku nunggu,,, berharap nomer Judika aktif. tapi gak aktif juga, aku coba telp temennya, semua gak tau. Ibu ku yang semakin kuatir, akhirnya nyuruh aku pulang,,, dan aku memutuskan unt pulang. di perjalanan ujan deres bgt,,, aku gak bawa mantle, aku coba terus jalan karna klo berenti-berenti aku pasti kemaleman sampe rumah. waktu itu rasanya perih bgt, rintangan unt ketemu berat bgt, perjuangan cinta aku sama Judika begitu mengharukan. di tengah perjalanan aku coba telp Judika lagi, nomernya aktif, tapi yang angkat adeknya (Beby), Beby bilang sih Judika lagi ke RS. padahal tadi aku ngelewatin RS yang di datengin Judika, tapi mungkin Tuhan belum mngijinkan aku ketemu Judika. aku Cuma titip pesen aja sama Beby. aku sampe rumah sekitar pukul 6 sore, & aku langsung tidur. jam 20:00 Judika telp aku. Judika : Dinda tadi kamu nyuruh aku telp?? aku : iya Judika : ada apa?? aku : aku jelasin semua kejadian hari itu. aku di marahin Judika, pkoknya blablabla,,,,, dah.... Hilang deh kesemapatan aku buat ketemu hari itu. *keesokan harinya. Mit,,, kamu hrus ke Jakarta hari ini juga, untuk ngurusin Ijazah kamu aku dapet sms dri jakarta. Mita langsung meminta ijin sama ibunya & Judika. Ibu sih udah ngijinin aku berangkat, tapi Judika masih belum ngijinin, krna dia berharap kita bisa ketemu dulu. aku Cuma kasih pngertian sama Judika, & akhirnya dia ngasih ijin aku berangkat hari ini juga. *Hilang lagi kesempatan aku ketemu Judika. akhirnya sampe sekarang Mita belum ketemu sama Judika. (sekitar 2 tahun). TAMAT

Cinta Sejati

“Siapakah wanita terkuat di Indonesia? Kalo elo bisa jawab, gue bakal gendongin elo ampe kantin. Tapi kalo elo gak bisa, ya… elo kudu gendong gue” sebuah suara memecah suasana ketika jam istirahat tiba di SMA Harapan Bangsa. “Oke?” “Mm.. mm… siapa ya? Ibu kita Kartini” Edo menjawab sekenanya. ”Salah..” Toni memberi komentar atas jawaban Edo. “Mak Lampir..” ”Wuah. Mak Lampir pale lu peang. Ngasal lo! Salah dodol…” “Abis apa dong, coy?” katanya sambil garuk kepala kribonya. Persis mirip brekele. “Mau tau?” “Iya, tempe…” “Gendong gue dulu sampe kantin” “Sori la yauw..” “Ya udah berarti gak dikasih tahu!” “Payah lu!” “Jawabannya Nyonya Meneer tahu. Abis doi tuh berdiri aja dari tahun 1921. Ha..haa. Gendong-gendong. Gendong-gendong….” Toni yang berambut tipis (sebuah eufimisme dari kata botak) tertawa tergelak-gelak penuh kemenangan. Sikapnya memaksa Edo tersenyum kecut. Tapi akhirnya keduanya tertawa tergelak-gelak, sampe membahana. Ibu Eva, guru Bahasa Indonesia mereka -yang belum keluar kelas- aja ampe kaget. “Kalau bermain di luar ya! Jangan di kelas, anak-anak ”, katanya menggunakan Bahasa Indonesia dengan ejaan yang disempurnakan sambil mengacungkan tangan. Uppss. Otomatis kedua murid nakal itu kontan diam. Sambil membungkuk ala orang Jepang keduanya berkata, “Baik Ibu Guru..”. Ibu Eva cuma bisa senyum sambil geleng-geleng kepala. “Ayo gendong gue ampe kantin, kribo!” kata Toni. Si Edo terpaksa menggendong makhluk botak itu. Rada geli aja membayangkan dirinya botak seperti Toni. Jangan sampe..jangan sampe.. tujuh turunan anak gue kudu mewarisi “trah” kekriboan, kata Edo dalam hati. “Cihuuuy…” seru Toni Ada-ada aja. Emang udah gak aneh, dua anak gila itu. Kalo udah ketemu. Ya, gitu deh jadinya. Kelakuannya persis Edwin-Jodi yang pernah nongol di tipi-tipi. Mereka selalu beruntung. Waktu kelas 1 mereka sekelas. Dan di kelas 2 ini, mereka pun ditakdirkan untuk sekelas lagi. “Bosen gue ame elo lagi di kelas 2 ini” kata Toni ketika tahu dirinya sekelas dengan Edo “Kita ditakdirkan memang untuk bersama..” kata Edo kegirangan. “Alaah alesan. Tapi kalo dipikir-pikir (siapa yang mo mikir ya).. elo bener juga!” “Embeeer plastik.. Kita seperti Romeo dan Juliet. Gue Romeo-nya, elo Julietnya” kata Edo pada Toni. “Eh, salah ding! Masa Juliet botak kayak elo” Edo meralat ucapannya. “Mari kita berjalan bersama, kakanda” kata Toni dengan suara wanita yang dibuat-buat sambil bergandeng tangan dengan Edo ala bangsawan. Anak-anak yang pada ngeliat adegan ini otomatis pada ketawa ngakak dan bertepuk riuh. Seolah-olah nongton opera topeng monyet di jalanan. Malah ada yang ampe nangis segala, saking lucunya. Ha..ha…Dasar sambleng. Beberapa guru pun gak bisa berbuat apa-apa. Mereka cuma bisa senyum doang walaupun dalam hati, mereka juga pengen ngakak kayak muridnya. Tapi jaga gengsi la yauw… *** Satu hal yang menjadi komitmen bersama adalah gak boleh pacaran selama kembarannya belum punya pacar. Dan itu udah mereka jalanin sampe sekarang. Segalanya harus dijalani bersama, saling berbagi kesenangan dan penderitaan. Duh, dalem banget tuh. Saluut.Pokoke, dimana ada Edo, disitu pasti ada Toni. Begitu juga sebaliknya. Kedua sifat yang hampir mirip ini ternyata mempertemukan mereka berdua. Bagi Edo, Toni udah seperti saudaranya sendiri. Begitu juga sebaliknya. Mereka persis anak kembar kalo diliat dari Hongkong. Makanya banyak anak-anak yang julukin mereka Si Kembar Siang (bukan kembar siam-red). Abis ketemunya suma siang doang sih, pas sekolah gitu. Ah, gak juga. Kadang, mereka juga ketemuan kalo malem. Bahasa bakunya (jadi inget Ibu Eva), saling berkunjung atau beranjang sana. Kemana-mana harus berdua. Beli makanan pun harus sama. Model baju pun berusaha dimirip-miripin. Yang beda ya..cuma gaya rambut mereka aja. Yang jelas, kalo ada mereka, suasana pasti bakalan jadi rame banget. Suaranya itu yang bikin gak tahan. Dari jarak 1 km aja pasti udah kedengeran (terlalu hiperbolis ya!). Masing-masing orang dari mereka nyumbang 10 suara. Jadi kalo ada studi kasus; ada tiga orang ngobrol, satu orang trus ditambah Edo dan Toni, yakin deh suaranya bakalan bisa nyaingin 21 satu orang. Ha..ha.. *** “Tet..tet..” Bunyi bel tiba-tiba menjerit seolah memaksa murid-murid SMA Harapan Bangsa buat masuk lagi penjara (Upps.. ruang kelas maksudnya). Sepertinya mereka merasa kecewa karena kebebasannya untuk beristirahat lebih lama dirampas oleh bunyi bel tersebut. Di ruang kelas 2, seorang guru perempuan masuk bersama seorang gadis. “Anak-anak sebelum pelajaran dimulai, Ibu perkenalkan dulu teman baru kalian. Namanya Mira” kata Ibu Ania, guru Kimia mereka dengan wajah kaku. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum. Rambutnya hitam, panjang dan lurus. Cantik banget deh. Apalagi pas dia senyum. Ada lesung pipit yang begitu indah. “Nah, Ibu kasih waktu lima menit buat perkenalan. Ayo, Mira”. Sambil mengangguk, Mia maju ke depan. “Nama saya Mira Aurelia. Panggil saja saya Mira. Saya pindahan dari SMA Insan Cendekia karena orang tua saya dipindah tugaskan di daerah sini”. Semua orang seperti terbius. Selain cantik, Mira ternyata punya suara yang aduhai dengan intonasi yang baik. Ibu Eva bisa dapet saingan baru nih. “Hobinya apa neng?” Edo tiba-tiba nyeletuk. Huu.. anak-anak berteriak heboh. “Hobi saya membaca” kata Mira sambil tersenyum. “Rumah..rumah… No telepon.. tanggal lahir… “ Toni seperti tidak mau kalah dan disambut teriakan huu.. yang semakin kencang dari teman-temannya. “Saya tinggal di Komplek BTN No. 25. Untuk no telepon dan tanggal lahir, silahkan lihat ke TU saja” katanya masih dalam senyum. “Udah punya pacar belum, neng?” Kata Edo makin berani. Anak-anak makin heboh. Mira Cuma tersenyum. Lagi-lagi lesung pipitnya itu yang gak nahaan. “Sudah cukup. Ayo Mira kamu duduk sebelah Retno. Kita lanjtukan pelajaran minggu lalu” Bu Ania yang terkenal tegas itu memberi perintah. Mira pun menuju bangku yang telah ditunjuk. “Baiklah.. Siapa yang masih ingat pelajaran pelajaran minggu lalu. Apa rumus kimianya urea?” kata Ibu Ania. Tapi anak-anak rada kurang konsen. Mereka masih memikirkan betapa cantiknya murid baru yang akan jadi teman mereka. “Ayo.. siapa yang masih inget. Cepat!!” Nada Ibu Ania mulai meninggi. Murid-murid sadar dan mulai membuka-buka buku kimianya” “Jangan buka-buka buku!”kata Bu Ania sadis. “Coba kamu Edo?” “Mm..NH3 ya, Bu!” sambil garuk-garuk rambut kribonya. Sambil cengengesan. “Salah!” kata Ibu Ania ketus. “Coba kamu, Toni?” “C6H12O6, Bu” katanya dengan yakin. Jawabannya pasti bener deh. “Salah! Itu sih Glukosa. Gimana sih? Apa tadi malem nggak pada belajar?” Selanjutnya Ibu itu menunjuk Didi, Tina, Hengky, Parman, Tuti, Nengsih, Cecep. Tetapi tetap belum ada yang benar. Huh.. Ibu itu makin gemes dan ngomel nggak karuan. Salah sendiri. Abis ngasih pertanyaan kok yang susah-susah sih. Coba ditanya, nama kamu siapa, pasti bisa jawab, gerutu mereka dalam hati. “Apa nggak ada yang bisa sekelas ini? Pada dikemanain otak kalian?” suara Ibu Ania makin melengking. Anak-anak pada diam semua. “Rumus Urea adalah CO(NH2)2, Bu…” Tiba-tiba seorang siswa menjawab. Kontan seluruh mata memandang ke asal suara. Mira, ya.. yang menjawab pertanyaan itu si Mira, siswa baru itu. “Iya bener” Akhirnya suara Ibu Ania menurun. “Masa kalah sama murid baru”. Gilaa. Selain cantik, Mira ternyata juga pinter. Anak-anak makin kagum, terutama yang cowok-cowok. Yang cewek rada-rada gimana gitu. Ada yang sebel, tapi ada juga yang seneng karena merasa lolos dari omelan Ibu Ania lebih lama lagi. Edo makin kagum sama cewek baru itu. Ada sebongkah perasaan yang tiba-tiba tertahan di hatinya. Cinta pada pandangan pertama. Wah, gawattt!!! *** “Mir, kalo ini gimana caranya?” Kata Edo menanyakan soal. “Oh, kalo itu begini….” Kata Mira sambil nerangin cara mengerjakan soal matematika itu pada Edo. Wah, mendadak Edo jadi rajin belajar pada minggu-minggu ini.. Sikapnya juga agak sedikit berubah, jadi rada-rada jaim geto. Penampilannya jadi lebih fresh dan wangi, euy. Edo lagi jatuh cinta sodare-sodare. Gimana nasibnya dengan si Toni kembarannya. Uh, sebodo amat. Emang gue pikirin, gitu kata Edo dalam hati. Wah, makin gawat. Gimana dengan komitmen mereka. Udah, dilupain aja. Edo lagi melangit. Gak mau lagi ngurusin makhluk bumi model kayak Toni, si Botak. “Do ke kantin yuk!” kata Toni “Enggak ah, gue lagi belajar ama Mira” katanya seolah sibuk memandangi soal matematika yang rumit. Mira memandang Toni sambil tersenyum. Toni pun membalas senyum itu. “Ya udah gue duluan ya..” “Ya..” Edo menjawab tanpa memandang Toni yang pergi ke kantin sendirian. Toni jadi rada kesel ama sikap Edo, belakangan ini. Suatu hari sepulang sekolah, ketika sedang asik jalan-jalan ke pasar (disuruh Ibunya buat beli ember plastik), betapa kagetnya Edo melihat Mira sedang bercanda dengan cowok. Yang lebih mengagetkan lagi, cowok itu adalah Toni, kembaran gokilnya. Mereka berdua cekikikan, ketawa-ketiwi gak karuan. Tapi ia melihat, Mira demikian menikmati obrolan itu. Kontan saja, Edo ngacir dari pasar itu dengan berlari sekuat tenaga sampai-sampai ia tidak mendengar teriakan tukang ember yang mengingatkannya untuk segera membawa ember yang baru saja dibelinya. Ia begitu cemburu. *** “Kemaren elo kemana, Ton?”toni“Gak kemana-mana?” jawab Toni kalem “Jangan bohong lo?” “Emang kenapa? Apa urusan elo?” “Gue liat elo ngobrol ama Mira. Ngobrolin apa?” “Bukan urusan elo” “Elo kan tahu, Ton. Gue suka sama dia” “Emang elo aja yang boleh suka? Elo boleh tanya ke Mira, siapa yang dia suka?” Jawaban Toni barusan ternyata membuat Edo semakin memanas. Tanpa sadar, Edo tiba-tiba memukul Toni. Seperti gak mau kalah, Toni pun membalas. Terjadilah duel seru antara dua kembar siang, yang dulu saling menyayangi dan pengertian, berubah menjadi musuh yang saling membenci dan menikam satu sama lain. Untung sekolah udah bubar. Perkelahian itu dilerai oleh penjaga sekolah yang kebelutan lewat. Wah jadi kacau nih. Apa jadinya dunia kalo dua sahabat yang sudah sangat akrab itu, tiba-tiba jadi musuhan cuma gara-gara masalah cewek. Tragis. Tapi inilah kenyataannya. Sekarang gak ada lagi banyolan-banyolan mereka yang lucu. Bahkan mendengar nama sahabatnya saja, mereka sudah mau muntah (apa iya?), saking bencinya. Anak-anak jadi merasa aneh. Akhir-akhir ini, kelas jadi agak sepi tanpa tawa mereka. *** “Mira, maaf.. sebentar…gue pengen ngomong” kata Edo sepulang sekolah. “Sebentar saja!”. Mira yang sedang berjalan pulang bersama temannya tiba-tiba berhenti. “Oh, iya… Kamu pulang duluan aja ya..” Kata Mira pada Wati, teman yang mengajaknya pulang bersama-sama. “Enaknya dimana ya? Mmm.. kita ke kantin aja, yuk!” Edo akhirnya memutuskan. Mira agak ragu. “Please, sebentar saja..” Kata Edo memohon. “Maaf, Do. Disini saja ya..” “Tapi kurang nyaman..” Kata Edo. “Ya udah di bangku itu” kata Mira menunjuk bangku yang ada didepan kelasnya. Kelas sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa yang lagi maen basket di lapangan. “Maaf.. sebelumnya udah ngeganggu waktu elo. “Gak papa” kata Mira tersenyum. Aduh, lagi-lagi lesung pipit itu. Begitu indah. Edo merawang. “Elo inget pertama kita bertemu” kata Edo “Iya, waktu perkenalan dulu. Tapi bukan kita berdua doang, bareng-bareng kan?” “Eh..iya.. maksud gue begitu” Edo jadi salah tingkah. “Waktu itu gak ada yang bisa jawab pertanyaan Bu Ania. Kita semua kena marah. Lalu tiba-tiba kamu jawab dan bener. Wuah.. senengnya gue bisa bebas dari omelan-omelan Bu Ania yang jutek (jujur dan tekun kali?). Masih inget kan?” “Iya..” keduanya tertawa cekikan. “Terus, elo sering ngajarin gue banyak pelajaran yang gue gak bisa. Gue ucapin makasiih banget” “Gak papa.. Gak usah terima kasih. Sama-sama” katanya masih dalam senyum. “Sejak pertama ketemu elo, gue udah yakin. Gue bener-bener kagum ama elo. Dan sekarang gue mau ngomong terus terang. Mau gak elo jadi pacar gue? Gue butuh temen yang bisa memacu semangat belajar gue. Dan itu gue dapetin dari elo, Mir. Gimana?”. Akhirnya… Giliran Mira yang salah tingkah sekarang. Ia bingung harus berkata apa. Mira adalah tipe orang yang sangat berperasaan. Dia seringkali merasa sungkan untuk menolak permintaan bantuan dari orang lain. Apapun itu. Dia terlalu perasa dan gak mau nyakitin perasaan orang lain. Jika ia menolak permohonan bantuan orang lain (entah itu minta diajarin belajar ataw yang lainnya) pada dirinya, pasti dia merasa sangat menyesal setelahnya. Ia baik pada siapa saja. Tapi ini lain. Seorang cowok dihadapannya memohonnya menjadikan dia pacar. Walaupun ia tahu, Edo itu emang baik dan… lucu. Mengobrol dengan dia bisa berjam-jam saking asiknya. “Maaf Do, aku pengen kita jadi temen aja seperti biasa” “Kenapa? Apa karena aku gak cakep sehingga elo malu jalan bareng gue ? atau karena ini?” katanya sambil menunjuk rambut kribonya. Otomatis Mira jadi tersenyum geli. “Bukan, Do. Suer… Aku seneng bisa berteman ama kamu. Kamu lucu dan menghibur. Apalagi kalo aku benar-benar sedih dan sedang ada masalah. Kamu seolah menjadi teman penghiburku”. Hati Edo merasa tersanjung. “Lalu kenapa?” “Aku sudah punya pacar”, dengan berat hati, Mira akhirnya mengatakannya juga. Hancur sudah hati Edo. “Siapa? Orang mana?”. Jangan-jangan. Hati Edo menduga-duga. Mira diem aja. “Ya udah inisialnya aja??.. Please..” Edo setengah memaksa. “Huruf awalnya T”. Hati Edo makin panas. Tubuhnya semakin lemas. “Tapi elo masih mau kan berteman dengan gue?” Edo bertanya ragu. Mira mengangguk sambil tersenyum.“Itu yang aku mau dari kamu, Do” “Terima kasih. Mau gue anter pulang?.. Ataw gak usah takut ada yang cemburu?” “Enggak lah. Boleh.. aja. Kebetulan aku agak takut di gang Buntu. Banyak premannya” “Tenang, kalo sama gue.. semua preman pada takut” “Iya, soalnya kamu tuh pimpinan mereka. Hi..hi..” Keduanya tertawa. *** “Woy, Do… “ Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Edo. Istirahat ini dia rada males ke kantin. “Selamat ye…” Kata Edo setelah melihat orang itu ternyata Toni. “Selamat apaan?” Toni bingung. “Ya selamat buat elo yang baru aja jadian ama dia” “Sama siapa?” Toni terheran-heran. “Udah deh, Ton. Elo jangan pura-pura gak tahu. Elo jangan mulai lagi pertengkaran ini. Udah akui aja. Gue ikhlas kok. Memang bukan jodoh gue kali” Kata Edo agak meninggi. “Woy..bukannya gue mau mulai lagi pertengkaran kayak dulu. Malah gue udah bosen diem-dieman mulu ama elo. Rasanya ada yang kurang. Makanya gue mau ngomong ama elo. Tapi elo nya malah sewot gini. Gue gak ngerti apa-apa?” “Dia udah milih elo buat jadi pacarnya, bukan?” “Siapa?” “Siapa lagi kalo bukan Mira…” kata Edo makin kesel. “Wah, elo salah sangka, Do” “Tapi dia bilang sendiri, kalo dia udah punya pacar yang inisialnya T. Itu pasti elo kan?” “Wah.. Do.. Ini salah paham. Emang beberapa waktu lalu, gue ngobrol ama dia. Gue udah nyatain cinta gue ke dia. Tapi dia juga bilang gitu. Udah punya pacar. Tapi bukan di sini. Di sekolahnya yang dulu. Walau pisah, mereka tetap komit dengan janji pacaran mereka”. Toni menghela nafas. “Jadi inisialnya T, ya?” Oh, jadi begitu. Edo akhirnya tahu. “Makanya gue nanyain ke elo, barangkali aja elo tau namanya. Abis, katanya kemaren-kemaren elo pernah ngobrol banyak dengan dia” lanjut Toni. Edo menggeleng. “Gue udah capek, Do. Gue udah mikir lama-lama. Ngapain juga kita musuh-musuhan gini kalo ternyata cewek yang kita sukai udah punya pacar”. Toni menghela nafas panjang. “Maapin gue ya., Do..” kata Toni dengan tulus. “Mira tahu semuanya tentang kita, Do. Dia merasa gak enak udah jadi penyebab permasalahan antara gue dan elo. Makanya dia minta kita baikan lagi” Toni bercerita. Menerawang. Edo seperti dibawa pada masa-masa indah ketika mereka bersama, dulu. “Harusnya gue yang minta maap ama elo. Maapin gue ya, Ton!” kata Edo dengan lirih. Keduanya pun berjabatan tangan dengan ritual jabat tangan yang aneh sambil tersenyum. “Kita memang ditakdirkan untuk bersama” kata Edo lagi. “Benar kakanda…” kata Toni dengan suara kebanci-bancian. Mendadak keduanya ketawa keras. Anak-anak yang masih tersisa di kelas mendadak pada kaget dengan penampakan suara yang begitu keras. “Eh.. tebak-tebakan.. nih! Siapa Menteri Jepang yang lahir di Irian?” kata Toni. “Biasa, kalo menang, gendooong…” “Umm..mm siapa yah..?” Kata Edo sambil pura-pura mikir. “Kurasa Takada. Bener kan?” “Tumben elo bener…”kata Toni keheranan. “Jadi gue digendong kan? Ha…ha…” kata Edo ketawa penuh kemenangan. Toni cemberut. Walaupun rada-rada geli juga ngeliat rambut Edo yang semakin membumbung ke atas, ia terpaksa menggendong Edo ke kantin. Ia berdoa dalam hati, smoga rambutnya gak akan tumbuh seperti Edo, kembaran siangnya. Ha..ha.. Syukurlah… Kembar Siang telah kembali…

Love Never Isn't by Kaylee Larson

Have you ever had someone tell you that you are looking for love in all the wrong places? If so, there's a much deeper truth behind those words than most would even consider to realize. You see, love is not something to be found, rather, it is something to be discovered. Love is already here, now, and all around...it is you! Once you feel IT and realize this as your truth, you will experience life as the magic pill that you've just swallowed. You will naturally attract another without having to look so hard, and what a discovery it shall be! Simply put, it's the law of attraction. Kaylee Larson, author of Love Never Isn't, is co-owner of LesbianLoveNow.com. She, along with her crew, have dedicated their lives to mentoring young lesbians from all parts of the world.