Pengikut

Sabtu, 26 November 2011

kejujuran dalam berpacaran

Bagaimana reaksi Anda ketika baru saja putus, mantan pacar Anda langsung punya ‘gandengan’ baru? Kesel juga pastinya. (Ya elah) Ada 2 kemungkinan yang terbersit dalam hati yakni memang secara kebetulan dia langsung mendapat ‘tambatan hati’ atau memang dia telah berselingkuh duluan. Ditambah lagi jika jalan ceritanya jadi seperti ini:

Si cewek ketahuan berselingkuh sehingga si cowok memutuskan hubungan. Ternyata oh ternyata setelah itu, si cewek langsung menggandeng cowok lain.

Sekarang kita tidak akan membaca ocehan-ocehan saya mengenai siapa yang benar atau pun yang salah dalam ‘cerita cinta’ di atas. Lah sudah jelas koq!
:wink:

Permasalahannya sekarang adalah bagaimana kejujuran benar-benar diterapkan dalam menjalin suatu hubungan.

“Apakah kejujuran penting dalam menjalin suatu hubungan?”

Pertanyaan yang sederhana dengan jawaban yang mudah sebenarnya, akan tetapi tersirat begitu banyak pertanyaan juga pada pertanyaan di atas.

Sering kali yang terjadi dalam berpacaran adalah tidak adanya keterbukaan. Yang seharusnya benar malah menjadi salah. Contohnya begini: misalnya salah satu pasangan memiliki ‘sahabat’ lawan jenis, terkadang mereka tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan. Padahal dengan mereka tidak menceritakan hal tersebut bisa saja bakal ada ‘kesalahpahaman’!

Saya jadi ingat juga dengan cerita teman saya mengenai komitmen dia pada saat ingin membina hubungan denga orang lain. Dia bilang begini: “Jika suatu saat sudah bosan, bilang saja langsung. Jangan pernah maen diam-diam!”

Nah itu dia! Kadang seseorang terlalu memikirkan perasaan pasangannya atau mungkin memang tidak punya pendirian!

Oke, yang pertama: Terlalu memikirkan perasaan pasangannya. Sebenarnya akan lebih menyakitkan jika salah satu pihak mengetahui dengan sendirinya jika pasangannya berselingkuh. Bukankah lebih baik jika katakan saja langsung ‘sudah bosan’! Jika tidak mau menyakiti salah satu pihak, maka jalan yang terbaik adalah ‘bertahan’ dan bersama menyelesaikan setiap problema.
:wink:

Kedua: Mungkin memang tidak punya pendirian. Yang satu ini, benar-benar egois saya rasa! Dia tidak ingin kehilangan keduanya. Jadi, dia uji coba dahulu secara diam-diam. Ya bagus toh kalau tidak ketahuan dan suatu saat akhirnya dia memilih juga, akan tetapi sungguh sangat disayangkan ketika dia belum memilih salah satu… eh.. sudah ketahuan!
:mrgreen:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar